ATAP OTOMATIS DENGAN SENSOR HUJAN BERBASIS ATMEGA 8535
Atap
Otomatis Dengan Sensor Hujan Berbasis ATMega 8535
Habib
Husein Baydawi1, Muhammad Adi Saifullah2,Flaurecita Gadis Bermana3
Jurusan
Teknik Elektro, Prodi Teknik Elektronika, Politeknik Negeri Semarang
Jl. Prof. Soedarto, Tembalang, Kec, Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah, 50275
2adisaifullah004@gmail.com
3cflaurecita@gmail.com
Intisari- Jurnal ini membahas mengenai perancangan prototype sebuah sistem otomatis yang mampu merespons perubahan cuaca, khususnya hujan. Sistem ini memanfaatkan mikrokontroller ATMega 8535 sebagai otak pengendali utama. Sensor hujan berperan sebagai input utama yang mendeteksi adanya hujan. Ketika sensor mendeteksi air, mikrokontroller akan memberikan perintah kepada aktuator (Motor DC) untuk menutup atap otomatis. Proses sitem kerja secara garis besar adalah sebagai berikut: sensor hujan mengirimkan sinyal ke komparator yang akan membandingkan nilai ambang batas yang telah ditentukan. Jika nilai sensor melebihi nilai ambang batas, maka sinyal akan dikirimkan ke mikrokontroler, mikrokontroler akan memproses sinyal tersebut dan akan mengaktifkan motor untuk menutup atap. Sebaliknya, jika sensor dibawah nilai ambang batas, motor akan membuka atap. Keunggulan dari sistem ini adalah mampu beroperasi secara otomatis tanpa campur tangan manusia, sehingga lebih efisien dan mengurangi resiko kerusakan benda disekitar atau baju yang tidak kering akibat perubahan cuaca yang tidak menentu. Selain itu sistem juga dapat diintegerasikan dengan sensor lain seperti sensor cahaya untuk mengatur kapan atap membuka dan menutup ketika pagi dan malam. Hasil prototype berhasil merancang sistem Atap Otomatis Menggunakan Sensor Hujan berbasis ATMega 8535. Sistem ini memiliki potensi yang besar untuk diaplikasikan pada berbagai bangunan, terutama pada daerah yang sering mengalami hujan. Pengembangan lebih lanjut dapat dilakukan dengan menambah fitur-fitur tambahan seperti kontrol jarak jauh, monitoring kondisi cuaca melalui aplikasi, dan intgrasi dengan sistem rumah pintar.
Kata Kunci-Atap Otomatis, Sensor Hujan,
ATMega 8535, Mikrokontroller, Sistem Kendali Otomatis
I.
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Perkembangan teknologi telah
membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk
dalam bidang otomatisasi. Salah satu contohnya adalah penerapan teknologi mikrokontroler
dalam berbagai sistem kontrol. Mikrokontroler, seperti ATMega 8535, menawarkan
fleksibilitas dan kemauan komputasi yang tinggi untuk mengendalikan berbagi
perangkat secara otomatis. Dalam konteks bangunan, salah satu tantangan yang
sering dihadapi adalah bagaimana menjaga agar peralatan atau barang seperi
jemuran tetap kering saat terjadi hujan. Sistem atap otomatis hadir sebagai
solusi inovativ untuk mnengatasi permasalahan tersebut (Mufida2017).
Pembuatan prototype Atap Hujan
Otomatis Dengan Sensor Hujan Berbasis ATMega 8535 sebagai otak pengendali
utama. Dengan menggunakan sensor hujan, sistem ini dapat mendeteksi adanya
hujan dan secara otomatis menutup atap untuk melindungi benda benda dibawahnya.
Selain itu, sistem ini juga dapat diintegrasikan dengan sesnsor lain seperti
sensor cahaya untuk mengatur kapan atap membuka atau menutup pada pagi dan
malam hari secara otomatis.
Melalui pembuatan prototype ini,
diharapkan dapat dihasilkan sebuah sistem atap otomatis yang efisien, handal, dan
mudah digunakan. Sistem ini memiliki potensi untuk diaplikasikan pada berbagai
jenis bangunan, seperti rumah tinggal, gedung, dan area parkir. Sselain itu,
dengan adanya ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan
teknologi otomatis bangunan yang lebih canggih dan ramah lingkungan (Fauzan2021).
B. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, terdapat
beberapa perumusan masalah yang harus diperhatikan yaitu:
1. Bagaimana
merancang sebuah sistem atap otomatis yang dapat merespon perubahan cuaca, khususnya
hujan, dengan memanfaatkan mikrokontroler ATMega 8535?
2. Apa
saja kendala teknis yang mungkin timbul dalam implementasi sistem atap otomatis
berbasis mikrokontroler dan bagaimana cara mengatasinya?
3. Seberapa efektifkah sistem atap otomatis berbasis mikrokontroler dalam melindungi benda-benda dibawahnya dari kerusakan akibat hujan?
C. TUJUAN
1. Membangun
sebuah sistem atap otomatis yang dapat berfungsi secara mandiri dan efektif.
2. Mengevaluasi
kinerja sistem prototype dalam mendeteksi hujan, menggerakkan atap, dan
melindungi benda dibawahnya.
3. Mengidentifikasi
kendala teknis yang mungkin timbul selama proses perancangan, pembuatan, dan
pengujian.
4. Mencari
solusi yang efektif untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemukan.
II.
METODOLOGI
Tahap pertama yaitu dapat
mengidentifikasi mengenai sistem atap otomatis, sensor hujan, mikrokontroler
ATMega 8535, dan algoritma kontrol yang relevan. Menentukan konsep dasar sistem
atap otomatis, termasuk komponen yang akan digunakan, cara kerja sistem, dan
kriteria kinerja yang diharapkan. Membuat diagram blok sistem, memilih komponen
elektronik yang sesuai (mikrokkontroler, sensor hujan, motor penggerak, sumber
daya) dan merancang rangkaian elektronika. Menulis program pada mikrokontroler
ATMega 8535 menggunakan bahasa pemrograman assembly untuk mengontrol seluruh
sistem. Program mencakup logika pengambilan keputusan berdasarkan data sensor,
pengendalian motor, dan fitur-fitur lain. Lalu pembuatan alat, pengunggahan
program ke mikrokontroler ke ATMega 8535, kalibrasi dan pengujian awal. Lalu
pada tahap terakhir pengambilan data untuk dianalisis dan didapatkan kesimpulan
dari data yang diambil.
III.
KAJIAN PUSTAKA
Pembahasan dalam bagian ini
meliputi perancangan dan komponen apa aja yang digunakan dalam projek ini.
A. KOMPONEN
1. Mikrokontroler
ATMega 8535
Gambar 1. Mikrokontroler ATMega 8535
Mikrokontroler ATMega8535 merupakan
salah satu anggota keluarga AVR yang diproduksi oleh Atmel(sekarang Michrochip
Technology). Chip ini dirancang untuk aplikasi embedded yang membutuhkan kinerja
tinggi, fleksibilitas, dan konsumsi daya yang rendah. ATMega 8535 sering
digunakan untuk dalam berbagai proyek elektronik, mulai dari proyek sederhana
seperti pengendali lampu hingga proyek yang lebih kompleks seperti robot.
ATmega8535 adalah mikrocontroller 8-bit
dari keluarga AVR dengan memori flash 8 KB, SRAM 512 Byte, dan EEPROM 512 Byte.
Mendukung hingga 16 MHz, memiliki 32 pin I/O, ADC 10-bit, PWM, serta komunikasi
UART, SPI, dan I2C. Mikrocontroller ini sering digunakan untuk aplikasi
embedded seperti robotika, kontrol sensor, dan perangkat otomatis karena
fleksibilitasnya dan konsumsi daya rendah.
2. Sensor
Hujan dengan Komparatornya
Gambar 2. Sensor
Hujan dengan Komparatornya
Sensor hujan adalah komponen
elektronik yang dirancang untuk mendeteksi keberadaan air. Prinsip kerjanya
beragam, namun umumnya melibatkan perubahan sifat fisik suatu material saat
terkena air. Perubahan ini kemudian diubah menjadi sinyal listrik yang dapat
dibaca oleh mikrokontroler melalui komparator. Disini komparator merupakan
rangkaian yang digunakan untuk membandingkan tegangan ambang batas pada input untuk menghasilkan logic 1 atau 0
pada output.
3. Limit
Switch
Gambar 3. Limit Switch
Limit switch merupakan komponen
elektromekanik yang digunakan untuk mendeteksi posisi atau gerakan suatu objek.
Ketika suatu objek mencapai batas
tertentu (limit), maka saklar akan tertekan dan mengirimkan sinyal listrik.
Sinyal ini kemudian akan dikirim ke mikrokontroler kemudian diproses untuk
menggerakkan aktuator (motor DC).
4. Motor
DC Gear Box Kuning
Gambar 4. Motor
DC dengan Gear Box Kuning
Motor DC gearbox kuning adalah jenis motor listrik DC yang telah dimodifikasi dengan penambahan gearbox. Gearbox ini berfungsi untuk meningkatkan torsi(daya putar) motor. Tegangan kerja dari motor DC gear box kuning ini adalah berkisar antara 3V sampai 6V.
5. Driver
MX1616
Gambar 5. Driver
MX1616
Driver MX1616 merupakan driver
motor dc yang memiliki IC bernama MX1616 yang dirancang khusus untuk
mengendalikan motor DC. Chip ini sering digunakan dalam berbagai proyek
elektronik, terutama yang melibatkan pengendalian kecepatan dan arah putaran
motor DC. MX1616 memungkinkan kita untuk mengontrol motor DC dengan mudah dan
fleksibel menggunakan sinyal digital dari mikrokontroler atau sumber sinyal
lainnya.
B. DIAGRAM
BLOK
Gambar 6. Diagram Blok
C. DIAGRAM
ALIR SISTEM
Gambar 7.
Diagram Alir Sistem
D. RANGKAIAN
SKEMATIK SISTEM
Gambar 8. Rangkaian Skematik Sistem
E. PROGRAM
.include
"m8535def.inc" ; Menyertakan definisi register dan
instruksi untuk ATMega 8535
.org
0x0000 ;Memulai program dari alamat 0x0000
rjmp
awal ; Langsung lompat ke label 'awal' untuk
memulai program
awal: ldi
R21,low(RAMEND) ; Load alamat terendah dari stack pointer ke register
R21 out
SPL,R21 ; Simpan nilai
R21 ke register status stack pointer rendah ldi
R21,high(RAMEND); Load alamat tertinggi dari stack pointer ke register
R21 out
SPH,R21 ; Simpan nilai
R21 ke register status stack pointer tinggi
ldi
R21,0b11111000 ; Mengatur bit
pada R21 (misalnya: 1 untuk output, 0 untuk input) out
DDRB,R21 ; Mengatur arah
pin pada port B sesuai dengan nilai R21 ldi
r21,0xFF ; Mengaktifkan
pull-up resistor pada semua pin port B out
PORTB,R21 ; Mengatur semua
pin port B menjadi HIGH (karena pull-up aktif)
sbi
DDRD,0 ; Set pin 0 pada port D sebagai output cbi
PORTD,0 ; Set pin 0 pada port D menjadi LOW sbi
DDRD,1 ; Set pin 1 pada port D sebagai output cbi
PORTD,1 ; Set pin 1 pada port D menjadi LOW
ulang: sbis
PINB,0 ; Cek apakah bit 0 pada pin B high (1) rcall
tutup ; Jika high, panggil subrutin 'tutup' sbic
PINB,0 ; Cek apakah bit 0 pada pin B low (0) rcall
buka ; Jika low, panggil subrutin 'buka' rjmp
ulang ; Ulangi terus-menerus
tutup: sbi
PORTD,0 ; Set pin 0 pada port D menjadi HIGH cbi
PORTD,1 ; Set pin 1 pada port D menjadi LOW sbic
PINB,1 ; Cek apakah bit 1 pada pin B low (0) rjmp
tutup ; Jika low, ulangi cbi
PORTD,0 ; Set pin 0 pada port D menjadi LOW
cbi PORTD,1 ;
Set pin 1 pada port D menjadi LOW ret
buka: cbi
PORTD,0 ; Set pin 0 pada
port D menjadi LOW sbi
PORTD,1 ; Set pin 1 pada
port D menjadi HIGH sbic
pinb,2 ; Cek apakah bit
2 pada pin B low (0) rjmp
buka ; Jika low,
ulangi cbi
PORTD,0 ; Set pin 0 pada
port D menjadi LOW cbi
PORTD,1 ; Set pin 1 pada
port D menjadi LOW ret
|
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. GAMBAR PROTOTYPE
Gambar 9. Gambar Prototype Tampak Depan
Gambar 10.
Gambar Prototype Tampak Samping
B. CARA
KERJA
Sensor hujan mengirimkan sinyal ke
komparator yang akan membandingkan nilai ambang batas yang telah ditentukan.
Jika nilai sensor melebihi nilai ambang batas, maka sinyal akan dikirimkan ke
mikrokontroler, mikrokontroler akan memproses sinyal tersebut dan akan
mengaktifkan motor untuk menutup atap. Sebaliknya, jika sensor dibawah nilai
ambang batas, motor akan membuka atap. Ketika motor telah menekan limit switch
maka motor akan otomatis berhenti.
C. HASIL
Gambar 11. Atap Menutup Ketika
Sensor Hujan Terkena Air
Gambar
12. Atap Membuka Ketika Sensor Hujan Tidak Terkena Air
V.
KESIMPULAN
Pada percobaan ini telah berhasil dalam merancang dana merancang dan mengimplementasikan sestem atap otomatis berbasis ATMega 8535 menggunakan prototype. Sistem ini memiliki potensi yang besar untuk diaplikasikan pada berbagai bangunan, terutama pada daerah yang sering mengalami hujan. Pengembangan alat ini memungkinkan pembuatan perangkat elektronik yang semakin cerdas dan efisien.
VI.
REFERENSI
Mufida, E., Abas, A., Komputer, T.,
BSI Jakarta Jl Fatmawati No, A. R., Labu, P., & Selatan, J. (2017). Alat
Pengendali Atap Jemuran Otomatis Dengan Sensor Cahaya Dan Sensor Air
Berbasiskan Mikrokontroler ATmega16. Informatics For Educators And
Professionals, 1(Juni), 163–172.
Fauzan, A. (2021). Simulasi Proteus Atap Stadion Automatic Berbasis Arduino Dengan Menggunakan Sensor Hujan Dan Sensor LDR.
VII. LINK PPT
VIII. LINK YOUTUBE
Komentar
Posting Komentar